jason mraz

Selasa, 16 Desember 2014

fakta pendidikan Indonesia



KURIKULUM VS GURU

Euforia untuk memperbaiki sistem pendidikan kita masih menyisakan suasana yang menarik kita simak. Mulai dari kesejarhteraan guru, hingga gonta-ganti kurikulum. Betapa tidak, dunia pendidikan di negeri ini selalu dirundung berbagai ironi. Hal itu terjadi karena selama ini dunia pendidikan selalu dipandang sebelah mata dan tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Bahkan, yang paling ironis lagi adalah dunia pendidikan sudah menjadi budaya permainan para elite politik. Semua keuntungan di dunia pendidikan tidaklah kembali melainkan pindah keuntungannya ke kantok para politisi.
Terlepas dari hal itu, indikasi keberhasilan sebuah pendidikan nasional adalah sejatinya terlihat pada dua variabel yakni  kurikulum yang baik dan keberhasilan seorang guru mengajar (profesionalisme guru). Oleh karna itu, Guru dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut.
Kurikulum harus dapat mengikuti dinamika yang ada dalam masyarakat. Kurikulum harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat luas dalam menghadapi persoalan kehidupan kekinian yang dihadapi. Namun pada kenyataannya sekarang kurikulum sepertinya kehilngan jalan tujuannya, terjadi undur maju kurikulum yang amat membingungkan.
Dengan adanya gonjang-ganjing perubahan kurikulum dari kurikulum 1947 hingga kurikulum 2013, dan adapula yang sebagian kembali ke kurikulim 2006, merupakan indikator dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Dari indikator tersebut yang banyak mempengaruhi adalah sistem politik. Idealnya beda menteri akan beda pijakan kurikulum untuk direalisasikan.
Fenomena diatas, mengajarkan bagaimana pemerintah harus selalu aktif meninjau kelembagaan dan organisasi intern dan isi kurikulum yang digunakan agar mendukung pertumbuhan masyarakat dalam menjunjung kemartabatan manusia. Idealnya Kurikulum tidak hanya dirancang untuk menghasilkan lulusan yang seragam dan massal, namun yang mampu menunjang kreativitas, sikap akademis, kepribadian dan kemandirian.
Untuk Semua perubahan kurikulum sangat menuntut kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum tersebut. Jika tidak didukung oleh kesiapan guru, semuanya akan sia-sia sebagai seorang guru, alangkah bijaknya bila disikapinya dengan cara menyiapkan mental terhadap perubahan yang terjadi saat ini. Baik tidaknya sebuah kurikulum sebenarnya terletak di tangan guru, maka sebenarnya guru dipandang lebih penting dibanding dengan kurikulumnya. Bagaimanapun isi kurikulumnya, tentu yang akan menjalankannya dan yang akan menyalurkan seluruh aspek keilmuan adalah guru. Pencetak keberhasilan siswa adalah guru pula, maka peran guru sangatlah penting. Efektivitas sebuah kurikulum tergantung kepada profesionalisme guru. Di tangan guru yang profesional, kurikulum yang tidak baik bisa menjadi baik. Dengan mentalitas, kreativitas, serta daya inovasinya, kurikulum yang kurang baik bisa menjadi efektif. Sebaliknya, sebaik apapun kurikulum tetapi guru tidak profesional, kurikulum tidak akan berarti apa-apa. Di tangan guru yang tidak profesional, kurikulum yang sebaik apa pun tidak akan terlaksana dengan efektif. Sehingga Guru adalah manusia yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kurikulum.
Guru profesional, akhirnya menjadi salah satu faktor menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas karena guru adalah seseorang yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki.
Untuk apa terlalu banyak berdebat untuk membentuk karakter pada siswa, pikirkan terlebih dahulu bagaimana dengan gurunya. Siswa cenderung akan meniru, atau mencontoh guru, karena baginya adalah guru merupakan suri tauladan. Maka, seharusnya penting sekali adanya pembentukan guru yang berkarakter, dan mampu meningkatkan kerofesionalismeannya dalam menjalankan sebuah sistem pendidikan. Sudah saatnya pemerintah untuk memprioritaskan membangun karakter guru profesional di bandingkan dengan merubah atau memperbaiki kurikulum, karna pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar