BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan memiliki tujuan-tujuan yang hendak
dicapai. Dalam proses mencapai tujuan tersebut, tentu tidak semata-mata
berjalan tanpa sistem. Ada pakem-pakem tertentu dalam membantu mencapai suatu
tujuan, yaitu yang kita kenal dengan kurikulum. Pada saat ini, kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum 2013, dimana dalam pelaksanaan kurikulum ini
diharapkan dapat membentuk karakter, karena pendidikan karakter menjadi hal
yang sering dibicarakan di kalangan praktisi pendidikan saat ini.
Karakter mempunya arti diantaranya kemampuan untuk
mengatasi secara efektif situasi sulit, ketidak nyamanan, atau berbahaya.
Dengan pengertian tersebut, karalter menuntut kecerdasan otak, kepekaan nurani,
kepekaan diri dan lingkungan, kecerdasan merespons, dan kesehatan, kekuatan dan
kebugaran jasmani.
Lalu, bagaimanakah peran matematika dalam
pembentukan karakter? “matematika sebagai pelajaran esensial yang diajarkan
kepada anak pada tiap tingkat pendidikan. Matematika itu sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia
yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Dengan bernalar, anak bisa
mengambil tindakan dari permasalahan yang ada,. Denagn dmeikian tahap demi
tahap perkembanagan karakter anak mulai terbentuk.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pentingnya pendidikan karakter?
2. Apa
itu kurikulum 2013?
3. Apa
itu pendidikan matematika?
4. Bagaimana
nilai pendidikan karakter dalam pendidikan matematika?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pentingnya pendidikan karakter
2. Mengetahui
tentang kurikulum 2013
3. Mengetahui
tentang pendidikan matematika
4. Mengetahui
nilai pendidikan karakter dalam pendidikan matematika
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENTINGNYA
PENDIDIKAN KARAKTER
Dalam acara temu wicara siswa SMK/SMA se-Bekasi di
SMA Negeri 1 Bekasi (19/03/2010), Mendiknas Muhammad Nuh menegaskan bahwa
pendidikan karakter itu ibarat basis bilangan dalam matematika. “Berusahalah
bagaimana mengubah dari angka ½ menjadi 2”, ungkapnya lebih lanjut. Bagaimana
caranya? “Angkat setengah (1/2) jika dipangkatkan dengan angka yang semakin
besar, maka hasilnya akan semakin kecil. Sebaliknya, jika angka 2 dipangkatkan
dengan angka yang semakin besar, maka semakin besar pula hasilnya,” ungkap Nuh.
Hal itu yang menandakan bahwa yang perlu ditingkatkan bukan pangkatnya,
melainkan basis bilangannya. Menurutnya, hal itu sama dengan filosofi hidup
dalam mencapai kesuksesan. “Jadi anak-anakku yang perlu ditingkatkan bukan
pangkatnya, tapi basis bilangan, yakni karakter pribadinya,” lanjut Nuh lebih
lanjut (Media Indonesia, Jumat,
19/3/2010).
Mendiknas mengingatkan pentingnya pengembangan
karakter pribadi sebagai basis untuk mencapai sukses. Meski dianggap penting
dan sering didengungkan, sampai sekarang tidak ada wujud nyata berupa kebijakan
dalam dunia pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter. Kita tentu sepakat
dengan Mendiknas bahwa pendidikan karakter itu perlu. Tapi pertanyaannya, lalu
apa? Bagaimana tindak lanjutnya?
a.
Apa
Pendidikan Karakter Itu?
Pendidikan adalah proses internalisasi
budaya kedalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan
masyarakat jadi beradab. Jadi, pendidikan merupakan sarana strategis dalam
pembentukan karakter. Hal ini juga dapat dioerkuat oleh pendapat Ki Supriyoko
(2004:419) yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sarana strategis untuk
meningkatkan kualitas manusia. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan
cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan r.Martin Luther King,
yakni Intelligence plus character….that
is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter…. Adalah tujuan
akhir pendidikan yang sebenarnya).
Untuk dapat memahami pendidikan karakter
itu sendiri, kita peru memahami struktur antropologis yang ada dalam diri
manusia. Struktur antropologis manusia terdiri atas jasad, ruh, dan akal. Hal
ini selaras dengan Lickona yngmenekankan tiga komponen karate yang baik, moral knowing (pengetahuan tentang
moral), moral feeling (perasaan
tentang moral), dan moral action (perbuatan
moral), yang diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan
nilai-nilai kebajikan. Istilah lainnya adalah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Untuk itu, dalam pendidikan karakter harus mencakup semua
struktur antropologis manusia tersebut.
Bisa dikatakan bahwa pendidikan karakter
adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
b.
Mengapa
Pendidikan Berkarakter
Indonesia saat
ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu dengan sentralisasi atau
otonom daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan
terjadi pada tahun 2020. Kedua tantangan tersebut merupakan ujian berat yang
harus dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Kunci sukses
dalam menghadapi tantangan berat itu terletak pada kualitas sumberdaya manusia
(SDM) Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan
kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang harus dipikirkan secara
sungguh-sungguh.
Thomas Lickona, seorang professor
pendidikan dari Cortland University, mengungkapkan bahwa ada sepuluh
tanda-tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada,
berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang
dimaksud adalah (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) peggunaan
bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindakan kekerasan, (4) meningkatnya
perilaku merusak diri, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6)
menurunnya etos kerja, (7) semakin
rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung
jawab individu dan warga Negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, (10) adanya
rasa saling curiga dan kebencian diantara sesame. Jika dicermati ternyata
kesepuluh tanda zaman tersebut telah ada di Indonesia.
Maka, pendidikan berkarakter itu perlu
untuk kemajuan suatu bangsa, seperti yang didefinisikan Thomas Lickona yaitu
orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi
secara bermoral, yang dimanifastasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah
laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter
mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh
Aristoteles bahwa karakter itu erat dengan habit
atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.
c.
Fungsi
Pendidikan Karakter
Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi
dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat
dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan
melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat
sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
DIKTI (2010) menyatakan bahwa secara khusus pendidikan
karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1. Pembentukan dan
Pengembangan Potensi
Pendidikan
karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga
negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik
sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.
2.
Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi
memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia yang bersifat negatif
dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah
untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan
sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi
memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya
bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara
Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
Sedangkan
menurut salah seorang pakar pendidikan Darmawan Iskandar (2010) Menyatakan
bahwa pendidikan merupakan proses yang terjadi
secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk
manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar
kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional
dan kemanusiaan dari manusia.
Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran
yang tepat dan akurat yang mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri. diantara Nilai-nilai
dalam Pendidikan Karakter Bangsa, ada 18 unsur dan nilai yang mana
diantaranya adalah
1) Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja
Keras
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6) Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10). Semangat
Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11). Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12) Menghargai
Prestasi
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13) Bersahabat/Komunikatif
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14)
Cinta Damai
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15)
Gemar Membaca
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16)
Peduli Lingkungan
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17) Peduli
Sosial
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
18)
Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Sedangkan menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
bangsa yang bermartabat. Ada 9 pilar pendidikan berkarakter, diantaranya
adalah:
1. Cinta
Tuhan dan segenap ciptaannya
2.
Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3.
Kejujuran /amanah dan kearifan
4. Hormat
dan santun
5.
Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama
6.
Percaya diri, kreatif dan bekerja keras
7.
Kepemimpinan dan keadilan
8. Baik
dan rendah hati
9.
Toleransi kedamaian dan kesatuan
B.
KURIKULUM
2013
Kurikulun 2013 merupakan kurikulum baru diterapkan
oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang terlah
berlk selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013, masuk dalam percobaan
ditahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan.
Tahun 2014, kurikulum 2013 sudah diterapkan dikelas I, II, IV, dan V sedangkan
untuk SMP kelas VII, dan VIII dan SMA kelas X, dan XI. Diharapkan, pada tahun
2015 telah diterapkan diseluruh jenjang pendidikan.
Kurikulum 2013 memiliki 3 aspek penilaian, yaitu
aspek pengetahuan, keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Didalam
kurikulum 2013, terutama didalam materi pembelajaran, terdapat materi yang di
rampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada
di materi bahasa Indonesia, IPS, PPKN, dsb, sedangkan materi yang ditambahkan
adalah materi matematika. Maeri pelajaran tersebut (terutama matematika)
disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga
pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan didalam negeri dengan
pendidikan di luar negeri.
1. Pembelajaran
Tematik Terpadu
Pembeajaran terpadu dikembangkan pertama
kali pada awal tahun 1970an. Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model
pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu
dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau
dilingkungan sekolah.
Premis utama PTP adalah bahwa peserta
didik memerlukan peluang-peluang tambahan untuk menggunakan talentanya,
menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan
mensintesis. Pada sisi lain, PTP relevan untuk mengakomodasi perbedaan –
perbedaan lingkungan belajar.
2. Pendekatan
scientific
Proses pembelajaran dapat dipadankan
dengan suatu proses ilmiah, karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan pendekatan
sincetific dalam pembelajaran pendekatan sincetific diyakini sebagai titisan
emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang mmenuhi criteria ilmiah, para
ilmuwa lebih mengedepankan penalaran induktif dibandingkan dengan pealaran
deduktif
3. Model
model pembelajaran
ü Pembelajaran
berbasis proyek
Pembelajaran
berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai media,. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas
secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi
dan memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan
pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek dalam kurikulum. Pada saat
pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai
elemen utama sekalihus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang
dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topic dunia
nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
ü Pembelajaran
berbasis masalah
Pembelajaran
berbasih masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja secara kelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata.
Model
pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan
berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta
didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam mencapai
materi pembelajaran.
ü Pembelajaran
berbasis penemuan (Discovery Learning)
Model
discovery learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,
tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the
leraning that takes place when the student is not presente wuth subject matter
in the final from, but rather is required to organized it him self” (Lefancois
dalam Emetembum, 1986:103). Ide dasar Bruner adalah pendapat dari Pieget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Model
discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005;43).
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan
melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan infer.
Proses tersebut disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri adalah the
mental process of assimilating conceps dan principles in the mind (Robert
B.Sund dalam Malik, 2001:219).
4. Penilaian
autentik
Penilaian autentik adalah suatu stilah
atau terminology yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian
aternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat
ditemui di dalam dunia nyata diluar lingkungan sekolah. Adapun jenis-jenis penilaian
autetik yaitu penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian
pengetahuan.
C.
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
Matematique (Perancis), atau Wiskunde (Belanda)
berasal dari bahasa Yunani mathematikos yaitu ilmu pasti, dari kata mathema
atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Istilah
matematika menurut bahasa latin (manthanein atau mathema) yang berarti belajar
atau hal yang dipelajari, yang semuanya berkaitan dengan penalaran.
Matematika adalah salah satu penegtahuan tertua dan
dianggap sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu. Matematika
terbetuk dari peneletian bilangan dan ruang yang merupakan suatu disiplin ilmu
yang berdiri sendiri dan tidak merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam.
Pengertian matematika menurut Roy Holands, “matematika adalah suatu system yang
rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang”. Matematika
pada suatu tingkat rendah terdapat ilmu hitung, ilmu ukur dan aljabar (bagian
dari matematikadan perluasan dari ilmu hitung, yang banyak digunakan diberbagai
bidang disiplin lain, missal fisika, kimia, biologi, teknik, computer, industri,
ekonomi, kedokteran dan pertanian).
Banyak cabang matematika baru yang bertambah seperti
:
·
Topologi (cabang-cabang matematika yang
mempelajari posisi dan posisi relative unsure-unsur dalam himpunan),
·
Mekanika (suatu cabang ilmu yang
mempelajari kerja gaya terhadap benda, kesetimbangan dan gerakan),
·
Dinamika (mempelajari penyebab dan sebab
benda-benda nyata dan gerak),
·
Statistika (cabang matematika yang
menangani segala macam data numeris yang penting bagi masalah dalam berbagai
cabang kehidupan manusia, missal cacah jiwa, angka kematian, angka
produktivitas pertanian, angka perdagangan),
·
Peluang (kebolehjadian atau angka
banding banyaknya cara suatu kejadian dapat muncul dan jumlah banyaknya semua
kejadian yang dapat muncul),
·
Analisis (cara memeriksa suatu masalah
untuk menemukan semua unsure dasar dan hubungan antar unsure-unsur yang
bersangkutan),
·
Serta logika, ilmu ukur segitiga, dan
banyak yang lainnya lagi.
Pengertian
matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan tetapi lebih luas berhubugan
dengan alam semesta. The liang gie mengutip pendapat seorang ahli matematika
bernama Charles Eduard Jeanered yang mengatakan : “mathematics is the majestic
structure by man to grant him comprehension of the univers”, yang artinya
matematika adalah struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk memberikan
pemahaman mengenai jagad raya.
D.
NILAI
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PENDIDIKAN MATEMATIKA
Seperti yang telah termaktub dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a. Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah
Berdasarkan tujuan pembelajaran
matematika tersebut terdapat beberapa nilai karakter bangsa yang dapat
dikembangkan melalui pelajaran matematika diantaranya adalah disiplin, jujur,
kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.
Disiplin, Karakter disiplin dapat terbentuk
dalam mempelajari matematika, karena dalam matematika peserta didik diharapkan
mampu mengenali suatu keteraturan pola, memahami aturan-aturan dan
konsep-konsep yang telah disepakati. Nilai karakter yang diharapkan dalam
belajar matematika adalah seseorang diharapkan mampu bekerja secara teratur dan
tertib dalam menggunakan aturan-aturan dan konsep-konsep. Dalam matematika
konsep-konsep tersebut tidak boleh dilanggar karena dapat menimbulkan salah
arti.
Jujur, Matematika tidak menerima
generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) walaupun pada tahap-tahap
awal contoh-contoh khusus dan ilustrasi geometris diperlukan, tetapi untuk
generalisasi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Karakter yang dapat
membentuk jiwa seseorang, bahwa seseorang tidak akan mudah percaya pada isu-isu
yang tidak jelas sebelum ada pembuktian. Hal ini tentunya sesuai dengan azas
yang dianut oleh hukum di negara kita, azas praduga tak bersalah. Kepribadian
yang terbentuk diharapkan adalah sesorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaannya, karena selalu dapat menunjukkan pembuktian dari
setiap perkataan dan tindakannya.
Kerja Keras, karakter yang ingin dibentuk adalah
tidak mudah putus asa. Belajar matematika, seseorang harus teliti, tekun dan
telaten, dalam memahami yang tersirat dan tersurat. Ada kalanya seseorang
keliru dalam pengerjaan suatu perhitungan, namun belum mencapai hasil yang
benar, maka seseorang diharapkan dapat dengan sabar melihat kembali (looking
back) apa yang telah dikerjakan secara runut dengan teliti, tidak mudah
menyerah terus berjuang untuk menghasilkan suatu jawaban yang benar.
Kreatif, seseorang yang
belajar matematika akan terbiasa untuk kreatif dalam menyelesaikan persoalan
yang dihadapinya. Dalam menyelesaikan persoalan ada yang dapat menyelesaikan
dengan cara yang panjang, namun ada pula yang mampu mengerjakan dengan singkat.
Bila seseorang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika, maka orang
tersebut akan terbiasa memunculkan ide yang kreatif yang dapat membantunya menjalani
kehidupan secara lebih efektif dan efisien.
Rasa ingin
tahu, memunculkan
rasa ingin tahu dalam matematika akan mengakibatkan seseorang terus belajar
dalam sepanjang hidupnya, terus berupaya menggali informasi-informasi terkait
lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadikannya ‘kaya’ akan wawasan dan ilmu
pengetahuan. Rasa ingin tahu membuat seseorang mampu menelaah keterkaitan,
perbedaan dan analogi, sehingga diharapkan mampu menjadi a good
problems solver (mampu menyelesaikan masalah dengan baik). Mandiri; dalam pelajaran matematika kita senantiasa menghadapi tantangan, berbagai permasalahan yang menuntut kita untuk menemukan solusi atau penyelesaiannya. Untuk itu peserta didik harus mampu memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain, namun berupaya secara mandiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dengan baik.
Komunikatif; matematika merupakan suatu bahasa,
sehingga seseorang harus mampu mengkomunikasikannnya baik secara lisan maupun
tulisan, sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh
orang lain.
Tanggung Jawab; Kebiasaan disiplin dalam bernalar yang
terbentuk dalam mempelajari matematika melahirkan suatu sikap tanggung jawab
atas pelaksanaan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidian
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya.
Beberapa nilai karakter bangsa yang dapat dikembangkan
melalui pelajaran matematika diantaranya adalah disiplin, jujur, kerja keras,
kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.
B.
Saran
Nilai-nilai
pendidikan karakter pada hakekatnya tidak hanya diberikan dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, namun secara tidak langsung nilai-nilai pendidikan
karakter tersebut telah tersirat dalam setiap mata pelajaran. Sebaiknya setiap
guru menyisipkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam setiap Rencana Proses
Pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam setiap proses pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan.
Muslich,
Masnur. 2011. Pendidikan Karakter. Jakarta:
Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar